Selasa, 20 Oktober 2009

Cerita DiBawah Langit Senja

Aku masih tetap menggerutu disini! yah bener! apa mungkin kalo hidup aku itu selalu sial? seperti saat ini, ketika mereka semua berjalan lancar tinggal aku yang bener-bener gak lanacar, apa Tuhan itu sebenarnya tidak adil? mulai dari menjalani hidup! aku tidak punya orang tua, mereka ada, aku tidak punya rumah yang bagus, mereka ada. aku tidak bisa hidup foya-foya, mereka bisa dengan mudah menghamburkan uang. Aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang dalam sebuah keluarga utuh, mereka dapatkan itu. Apa yang aku lebih dari mereka??? apa benar Tuhan itu tidak adil??? Aku dari kecil tinggal di penampungan anak-anak yang tak punya orang tua alias panti asuhan. Aku yang kata mereka mungkin anak yang lahir tidak pernah diharapkan. mungkin aku anak yang akan membawa aib. Aku tidak pernah bisa membelanjakan uang yang kupunya dengan leluasa seperti mereka. jika sudah besar seperti ini Panti tempatku bernaung harus terpaksa mendepak aku keluar dengan alasan banyak anak-anak baru yang bernasib sama seperti aku dulu. Mereka perlu makan dan biaya untuk sekolah.

Yah, sudah dua tahun aku hidup sendirian. aku berjualan kue dan mengajari anak-anak yang baru duduk di Sekolah Dasar di sekitar tempat ku tinggal demi untuk mendapatkan sebuah cita-cita yang tinggi. malam aku berusaha untuk membuat kue seenak mungkin diantara tugas-tugas kuliahku. sepulang kuliah aku berusaha untuk mengajari anak-anak itu. diwaktu kuliah jika tidak ada mata kuliah aku bekerja di koperasi kampus untuk menjaga sebuah mesin fotokopi, coba bayangkan betapa keras hidup yang mesti aku lalui! tapi kenapa mereka sering tidak memahami itu?? Mereka selalu menganggap remeh semua pekerjaanku. apa mereka semua bisa melakukan ini dengan sempurna seperti yang aku jalani setiap hari?

Ada seorang pemuda berparas cukup oke yang bener-bener aku suka. Aku berharap kisahku bener-bener sama seperti di film-film yang sering kulihat di rumah tetangga. ada seorang yang rela berkorban untuk seorang gadis desa yang bodoh yang tidak punya apa-apa tetapi mukanya cantik! huh! kapan aku bisa seperti itu. mukaku tidak bagus, aku tidak cantik, aku jelek. Kulitku tidak seputih mereka, kulitku berwarna gelap. Rambutku tidak lurus bagus seperti bintang film itu, rambutku ikal tidak jelas. dan semuanya bener-bener tidak menarik sama sekali. jadi kelebihan yang Tuhan berikan untukku itu apa?? Otak? aku tidak terlalu pintar seperti mereka yang selalu bilang kalo aku itu bodoh dan tak punya otak.

Aku masih tetap menggerutu di bawah pohon rindang yang sering kulewati ketika aku pulang kuliah. Mungkin kelebihan yang Tuhan berikan untukku hanya sebuah anagan-angan dan cita-cita yang tidak boleh aku hentikan perjalanannya. Aku ingin menjadi sama seperti mereka semua, aku bisa menghamburkan uang yang kupunya. tujuanku hanya satu, aku kuliah untuk uang! aku ingin menjadi mesin pencetak uang dengan cara yang benar! aku tidak ingin mendapatkan uang dengan cara yang tidak baik. Aku hanya ingin mendapatkan pekerjaan yang terbaik dan disaat itulah aku bisa memberikan mereka sebuah pertunjukan yang komplit, bahwa aku juga bisa menghasilkan uang yang banyak dan berfoya-foya.

"Lisa, kamu sudah mengerjakan tugas untuk besok?" Indah menghampiri aku. Dia adalah salah satu orang yang tidak jijik bergaul denganku, walaupun sebenernya orang tuanya bener-bener tidak suka melihat indah kalau bergaul denganku. Heran, apa coba salahku?!

"Belum Ndah." Jawabku singkat.

"Kamu masih tetap berpikiran bahwa Tuhan itu tidak adil?" Indah mungkin salah satu orang yang selalu tau apa yang aku pikirkan, kami berteman dari kami masih duduk di bangku sekolah dasar, sampai sekarang.

"Benar! Aku selalu memikirkan itu. Orang-orang semua selalu jijik melihatku. mereka tidak ada yang mau berteman atau sekedar berbincang denganku."

"Ada, buktinya aku mau berteman dengan kamu."

"Sudahlah, kamu mau berteman denganku karena kamu merasa berhutang budi padaku kan."

"Lisa, kamu ngomong apaan sih?"

Aku tau Indah sangat tidak suka dengan keadaan seperti ini.

"Kamu mau berteman denganku karena dulu kamu sering di ganggu dengan Ego dan aku sering belain kamu kan?"

"Aku tidak menyangka kalau pikiran kamu seburuk itu. ternyata setelah sekian lama kita berteman kamu hanya memiliki pikiran yang buruk terhadap aku. Aku capek kalau harus seperti ini. cobalah untuk berpikir yang lebih positive, tidak semua orang seperti itu. kamu seharusnya bisa tau itu. Kamu memiliki kelebihan yang cukup banyak. Kamu bisa menulis kata-kata yang indah, kamu bisa bertahan hidup diantara kerasnya kehidupan. Kamu masih bisa kuliah walaupun sebenernya kamu susah untuk menggapai itu." kemudian dia langsung meninggalkan aku yang masih tetap menggerutu dengan nasib yang aku terima.

Mungkin benar apa yang dikatakan Indah, tapi aku hanya ingin sebuah keluarga yang utuh. bukan seperti sekarang ini. Aku juga ingin seperti mereka yang selalu menghinaku, mereka mendapatkan sesuatu dengan mudah. sedangkan aku? selalu saja harus berusaha keras untuk itu dan terkadang itupun tidak bisa aku raih.

Hari sudah mulai senja, aku ingat bahwa hari ini aku tidak memiliki jadwal untuk mengajar anak-anak itu, aku hanya ingin menghabiskan waktuku sore ini dengan mengeluarkan semua kepenatan yang ada dipikiranku.

Mobil Ferarri merah berhenti tepat dihadapanku. Rico! dia keluar dari dalam sana bersama seorang perempuan yang sangat aku kenal. Indah! kenapa dia bisa bersama Indah? padahal Indah tau aku sangat menyukainya. Dia memang bukan teman terbaikku. Tapi setelah kupikir, aku hanya berharap yang berlebihan jika aku bersama Rico. Benar sekali Rico memang sangat cocok jika bersama Indah. Indah memang temanku, dia adalah satu-satunya orang yang mau berteman denganku. Tapi kalau kenyataannya seperti ini, apa boleh buat, aku tidak bisa berbuat banyak. Aku memang tidak memilikibanyak kelebihan. aku hanya seorang Lisa yang berharap terlalu tinggi.

Mereka berdua berjalan menghampiriku. Yang aku harapkan saat itu adalah seperti di film remaja yang sering aku tonton di tivi tetangga. Mereka menghampiriku dan Indah memberikan surprise untukku mengatakan bahwa Rico sebenernya juga diam-diam menyukaiku.

"Lisa, ini Rico. Rico ini Lisa" Indah memperkenalkan Rico kepadaku. Baru kali ini aku bisa berdiri sejajar dengan orang yang aku sukai.

Tanganku menjulur untuk melakukan adab perkenalan seperti pada umumnya. tapi sayang untuk kali ini uluran tanganku tidak di balas.

"Lis, dia pacarku." Indah mengatakan itu dengan santainya.

Aku hanya terdiam tidak tau apa yang harusnya aku lakukan. "Oh, bagus kalau begitu" hanya jawaban singkat yang bisa aku berikan.

"Jadi ini teman yang kamu maksud?" Rico melihatku dengan tatapannya yang sangat meremehkan aku.

"Bener sayang, dia temenku. Itu loh, anak yang sering nungguin mesin fotokopi tua yang ada di koperasi."

Kenapa omongan Indah sangat menjatuhkan aku? ternyata bener, dia hanya ingin berteman denganku ketika dia sedang perlu saja. jadi pikiranku selama ini terbukti. bahwa Indah tidak jauh berbeda dari mereka semua.

"Iya, aku memang orang yang bekerja disana."

mereka melihatku dengan tatapan yang sangat menjijikan sehingga membuat aku ingin menampar muka cantik Indah yang selama ini mendekatiku hanya dengan sebuah topeng.

"Wow, ada orang yang bercita-cita setinggi langit honey disini, tapi sayangnya dia gak pernah bisa. Seperti kata orang itu, bagai pungguk merindukan bulan."

Mereka tertawa dihadapanku. Amarahku kian memuncak, sampai akhirnya. Tanganku mendarat sempurna di pipi Rico!

"OKAY CUT!" Teriakan Sutradara diujung sana membuat aku terhentak.

"Bian, itu akting yang sangat luar biasa. selamat!" Pak Jo, memberikan ucapan selamat kepadaku.

"Wow, Bian, akting lo keren abis." Rizki mengucapkan kata-kata itu sambil menggebu-gebu.

"Ih biasa aja kaleeeee..." jawabku.

huh! seandainya mereka semua tau bahwa tadi aku terhanyut dengan situasi yang sebenarnya... satu kata untuk diriku sendiri. "BIAN LO KEREN ABIS!"
Johor Oktober 2009
-cHi-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar